Friday, June 20, 2008

Tentang Operet Bobo



Operet Bobo!
Siapa tak kenal dengan pertunjukan ini? Para orangtua, terlebih anak-anak, sangat paham dengan tokoh-tokoh yang muncul di operet ini. Sebut saja misalnya, kurcaci kecil si Oki yang lincah. Nirmala, peri kecil yang memiliki tongkat ajaib. Juga tokoh-tokoh Keluarga Bobo yang sudah sangat akrab dengan dunia imajinasi mereka! Bobo, Coreng, Upik, dan Paman Gembul.
Setiap tokoh ini muncul di panggung, semua penonton anak-anak terpana. Lambaian tangan dan sapaan hangatnya, membuat anak-anak bersorak gembira.
Operet Bobo!
Tak bisa dipungkiri, operet ini telah menjadi magnet yang sangat besar bagi anak-anak. Di sanalah anak menikmati dunia khayal mereka yang menjelma jadi nyata. Tokoh-tokoh cerita yang selama ini hanya hidup di dunia khayal, kini bisa dilihat dalam bentuk nyata dalam bentuk pementasan drama musikal yang dikemas kolosal, meriah, dengan tata panggung yang spektakuler.
Kunci kesuksesan Operet Bobo yang selalu memikat hati penonton, tak lepas dari peran orang-orang di balik layar, yang tahu betul kebutuhan anak. Anak-anak di mana pun secara universal menyukai dongeng atau cerita. Akan tetapi, dongeng yang biasa-biasa tidaklah cukup. Oleh sebab itu, setiap kali mengadakan pementasan, Operet Bobo selalu mengangkat kisah baru.
Kisah baru berupa cerita dongeng, memang lebih fleksibel untuk dimainkan tokoh-tokoh maupun plotnya. Tak heran Operet Bobo tidak pernah mengangkat cerita rakyat, meskipun cerita rakyat menjadi kekayaan khasanah sastra Nusantara.
Perjalanan Operet Bobo yang kini telah menjadi kegiatan showbiz Kompas Gramedia ini dimulai sejak tahun 1986. Ketika itu, kegiatan pementasan operet masih menjadi bagian kegiatan Sanggar Bobo yang waktu itu membuka kelas teater.
Pementasan waktu itu dimaksudkan sebagai ajang apresiasi anak-anak kelas teater untuk menunjukkan kebolehannya bermain di atas pentas. Sekaligus sebagai upaya membawa keluarga Indonesia untuk mulai mencintai kesenian panggung yang cepat atau lambat akan tergerus oleh maraknya kesenian layar kaca yang dihadirkan televisi.
Pentas pertama di Bentara Budaya Jakarta, pada Oktober 1986 dengan mengangkat kisah Murni Sahabat Satwa. Kisah ini dipentaskan kembali pada Januari 1987 di Erasmus Huis dan di Gedung Kesenian Jakarta di tahun 1997.
Tahun 1987 Operet Bobo kembali hadir di Bentara Budaya Jakarta dengan mengangkat kisah Mawar dan Melati. Selanjutnya pada Januari 1987, Operet Bobo tampil di Erasmus Huis dengan kisah Hantu K3.
Pergelaran tersebut sukses, sehingga diikutsertakan dalam Festival Drama Anak se-DKI di tahun 1988 dan berhasil mendapatkan penghargaan. Di tahun yang sama, Operet Bobo kembali memetik sukses ketika menggelar kisah Planet Komersia, bertempat di Bali Sidang Jakarta.
Tahun 1990, pada bulan September, Operet Bobo kembali mengulang sukses dengan menyajikan pertunjukan di Balai Sidang Jakarta dengan mengangkat cerita Penyerbuan Ke Planet Elekton. Sukses di Jakarta, cerita ini lantas diboyong ke Surabaya pada bulan berikutnya.
Operet Bobo ternyata mendapat sambutan hangat luar biasa. Surat dari anak-anak yang masuk ke Majalah Bobo menginginkan operet tersebut bisa disiarkan TVRI agar bisa ditonton oleh anak-anak di seluruh Nusantara. Atas permintaan penggemar agar Operet Bobo bisa ditayangkan di TVRI, maka tahun 1991, Majalah Bobo bekerja sama dengan TVRI, memproduksi film serial Penyerbuan ke Planet Elekton.
Dalam kurun tahun 1990-an, Operet Bobo absen dalam pementasan. Ini dikarenakan manajemen Gramedia Majalah sedang memfokuskan diri pada pengembangan media-media baru. Berbarengan dengan itu, mulai muncul televisi-televisi swasta baru yang gencar melancarkan jurus baru. Antara lain, dengan menghadirkan serial televisi, seperti Doraemon, Ksatria Baja Hitam, Power Rangers, dan lainnya. Praktis pada tahun 1990-an pertunjukan panggung pun diisi dengan pementasan tokoh-tokoh televisi, seperti Ksatria Baja Hitam dan Power Rangers secara live.
Setelah cukup lama absen, Operet Bobo kembali tampil dengan kisah Misteri Naga Ungu di Teater Tanah Airku, TMII, dari tanggal 8 – 17 Maret 2002. Pertunjukan kali ini benar-benar luar biasa karena Operet Bobo tampil dalam 18 kali pertunjukan. Merchandise Naga Ungu berupa buku cerita, kaos, boneka, dan stiker pun terjual ludes. Dari penjulan tiket dan penjualan merchandise, operet ini telah menangguk keuntungan yang tidak sedikit. Wajar kalau Operet Bobo lantas menjelma menjadi Showbiz yang fokus pada dunia anak-anak dan keluarga.
Kesuksesan Operet Bobo yang selalu berhasil dalam menggaet penonton membuat Indofood tertarik untuk mensponsori operet ini. Tanggal 2 dan 3 Agustus 2003, Operet Bobo tampil di Plenary, Jakarta Convention Center dengan mengangkat cerita Rahasia Pika Pika Kuro. Sukses di Jakarta, operet Pika Pika Kuro diboyong ke Surabaya, pentas tanggal 15 Februari 2004 di GOR Kertajaya, Surabaya.
Dua tahun berikutnya, tepatnya tanggal 2 dan 3 Juli 2005, dengan disponsori oleh Nestle Dancow, Operet Bobo pentas di Plenary, Jakarta Convention center dengan mengangkat cerita Penculikan Pangeran Pollux. Operet yang mengangkat tema outerspace ini kembali mendulang sukses.
Tahun 2007, Majalah Bobo kembali menggandeng Nestle Dancow mempersembahkan Operet Bobo dengan judul Bobumba. Bobumba adalah gurita raksasa penjaga laut. Operet ini dipentaskan tanggal 30 Juni dan 1 Juli 2005 di Plenary, Jakarta Convention Center. Lewat cerita Bobumba anak diajak untuk menjaga lingkungan, mengenal perbedaan baik dan buruk, juga mengentalkan persahabatan. Bobumba tidak hanya sukses. Karakter Bobumba juga mendapat anugerah piagam dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai ”Boneka Gurita Terbesar”. Bahkan, menurut Pak Djaja Suprana, Operet Bobo pantas disebut sebagai ”Pergelaran Anak Terbesar”.
Meskipun pada waktu bersamaan ada banyak pertunjukan anak-anak yang mengusung karakter film, semoga pementasan Operet Bobo Konya Konya Lonya masih tetap menjadi pertunjukan anak-anak terbesar di tahun ini.
Salam Bobo!

No comments: